Selalu Ada Hikmah di Setiap Kejadian (2)

Hatiku deg-degan tidak karuan demi menerima telpon dari rumah sakit. Segera kukontak bosku untuk ambil ijin beberapa hari, memenuhi hak tubuh. Kuminta doanya agar ikhtiar yang kulakukan berbuah keberhasilan. Kukerjakan sholat lima waktu, sholat lain, duha, hajat, dengan nuansa yang berbeda. Aku ingin mendapatkan ketenangan hati. Sebuah hal yang agak sulit kuraih akhir-akhir ini. Di satu sisi aku sudah siap untuk operasi. Namun di sisi lain, ada perasaan takut, khawatir apa yang akan terjadi saat operasi dan pasca operasi. Untunglah keluarga dan lingkungan mensupportku. Terima kasih ya…

Maka, setelah dua hari rawat inap, sampailah aku pada hari Senin. Pukul 08.00 pagi suami mengantar dan menemaniku memenuhi prosedur operasi. Termasuk menandatangani pernyataan yang isinya konsekuensi atas tindakan medis yang bernama operasi. Aku masih ingat benar, petugas terebut membacakan bahwa setiap operasi pasti mengandung konsekuensi yang seperti infeksi, cacat atau meninggal! “Apakah ibu siap atas semuanya?”, pertanyaan petugas tersebut.


Aku, yang tadinya sudah membulatkan tekad jadi ngeper lagi demi mendengar kata-kata petugas tadi! Duh Gusti, siapkah aku atas semua itu?Kutatap wajah suamiku-kekasihku dengan penuh harap, jawaban apa yang akan kukeluarkan. Satu demi satu wajah malaikat-malaikat kecilku melintas di bola mata kekasihku:sulungku Bita yang pintar baca Qur’an, Si Jabrik Safir, Salman yang penuh dengan pertanyaan uniknya dan si bungsu Enji yang gendut imut. “Bagaimana, Bu?” pertanyaan petugas itu membuyarkan lamunanku. “Bismillah, Saya siap,” kujawab dan kutatap wajah kekasihku dalam-dalam seolah aku takut kehilangan. Kekasihku menggenggam erat tanganku, mengalirkan api kehidupan di setiap urat nadiku. Dan, setiap goresan pena tanda tangan pernyataan tadi adalah doa, doa atas ikhtiar yang kami lakukan. Semoga berbuah kesembuhan yang sempurna. Amin allahumma amin.

Dengan bismillah, kekasihku memasangkan baju operasi pada diriku. Dengan diiringi doa tentunya, ia menatapku dengan rasa sayang yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Allahumma la sahla, illa ma ja’altahu sahla. Sebuah pembelajaran tentang team work dengan pasangan:saling menguatkan di kala satu membutuhkan energi positif yang lain. Tidak lama kemudian aku digelandang ke area operasi. Tanpa kekasihku tapi kubawa semangatnya.

Area menuju operasi tidak sesunyi yang kubayangkan. Dokter, perawat dan staf rumah sakit lainnya bercengkerama sebagaimana orang bercengkerama biasanya. Tidak berbisik-bisik. Bahkan cenderung kayak pasar! Atau ribut seperti keramaian sebuah kelas yang ditinggal gurunya! Alunan musik dangdut menggema hampir di setiap ruangan operasi. Perasaan kaget membuat sudut hatiku tersenyum aku teringat kekasihku yang mengidolakan Rhoma Irama karena lirik-lirik lagunya romantis dan monumental, serta Rita Sugiarto-katanya suara Rita tidak ada yang menandinginya).

Setelah menunggu satu dua menit di depan ruangan operasi, aku didorong masuk ke dalamnya. Telingaku segera menangkap alunan musik dangdut dari tape recorder yang dipasang di sudut ruangan. Aku tidak begitu hapal penyanyinya tapi aku ingat betul suara itu kerap diputar di laptop kekasihku. Kuamati lingkungan sekitarku barang sekejap. Ada sekitar 6 atau 7 orang mengerubungiku. Satu diatas, merapikan kepalaku. Seorang dokter yang cantik dan baik hati (karena ia membantuku mengatasi nervous sebelum operasi:aku nervous sampai ingin pipis dan ia meminta perawat membawa pispot dan berhasil) Tiga orang di samping kananku dan tiga lainnya di kiri. Di atas tempatku berbaring ada beberapa lampu bundar yang terang. Aku lupa berapa jumlahnya tapi yang pasti ruangan ini bersih dan terang. Kulirik di sebelah kananku seorang dokter muda yang energik sedang membuka-buka jurnal kesehatan. Di sebelah kiriku seorang lelaki gendut menyiapkan segala piranti operasi.

Dokter cantik tadi memintaku membuka mulut lebar-lebar dan mengeluarkan lidahku. “Ah, ini terlihat!Alhamdulillah berarti mudah!“ serunya. Segera dipanggilnya dokter yang tampak lebih muda darinya seraya memberi beberapa instruksi. Kata-kata dokter cantik tadi mensugesti pikiranku bahwa operasiku akan mudah dijalankan. Dalam hati aku berdoa semoga Allah memberi kemudahan kepada para dokter yang hendak menolongku. Amin. Dari sisi kiri, seorang laki-laki bertubuh gendut tadi meminta ijinku menginjeksi. Dari lisannya mengalir basmallah. Menular ke lisanku, hatiku:Bismillahirrohmaanirrohim…

***

Mataku terasa berat. Hendak kubuka tapi aku tak kuasa. Lamat-lamat kudengar suara seorang perempuan di sampingku. “Ibu, permisi saya basuh wajah ibu dulu,”pintanya. Tanpa menunggu jawabanku segera kurasakan hangat di wajahku. Mataku yang berat bisa kubuka perlahan-lahan. Kusapu pandangan. Dalam hati aku bertanya, “Dimana aku?” Kulihat diriku berselimutkan kain bergaris-garis. Di sampingku ada tiang infus dan sekantong cairan menggantung. Kulirik samping kanan-kiriku. Ada sekantong darah dan cairan infus di tiang sebelahku. Segera kuperksa lengan kiriku. Bukan, aku tidak ditransfusi darah. Leherku masih kaku dan terasa berat. Kulirik sebelah kiriku, ada selang kecil mengalirkan darah segar. Ah, pasti bekas operasi. “Operasi?” aku segera sadar bahwa aku telah melalui proses itu, tapi kok aku gak tahu?Lalu, sekarang jam berapa ya? Kusapu pandangan dan kutemukan jam dinding tapi nun jauh di sebelah sana. Mataku tak sanggup memandangnya.

Seorang perawat laki-laki mendekati tempatku dan memintaku minum air putih di botol. Tidak kusia-siakan kesempatan itu. “Jam berapa sekarang, Mas?”tanyaku. “Jam tujuh, bu,”jawabnya. “Jam tujuh apa?” tanyaku kemudian. “Jam tujuh malam, “ jawabnya lagi. “Subhanallah!” seruku tak percaya. It means berapa jam aku tak sadar. “Alhamdulillah,”seruku girang. Ternyata aku masih bisa memproduksi suara. “Ibu, minum dulu. Tahan, jangan banyak bicara dulu,” nasehatnya. Takkusia-siakan tawaran minumnya, aku hau…….s sekali. “Terima kasih, “sahutku.

Singkat cerita, keesokan harinya aku sudah dikeluarkan dari ruangan pasca operasi (aku ga tahu ruang apa namanya). Begitu keluar, kusambut wajah hangat kekasihku. “Makasih ya Mas, sudah menunggu dan doain aku,” ucapku. Ia hanya mengangguk dan menggenggam erat tanganku. Mengalirkan kembali energi kehidupan di setiap urat nadiku.

Alhamdulillahirrobbil’alamin. Operasiku berjalan lancar. Semoga pasca operasi hari-hariku lebih indah dan Allah mengaruniakan kesembuhan yang sempurna padaku dan kesehatan pada kita semua. Amin. Terima kasih atas semua doa yang terucap, semoga Allah membalas kebaikan semuanya dengan kebaikan yang berlimpah ruah. Benarlah, Allah tidak menciptakan semua dengan sia-sia. Tak terkecuali penyakit sekalipun. Thank you Allah for Your blessing on us.

https://www.facebook.com/notes/hernawati-kusuma/selalu-ada-hikmah-di-setiap-kejadian-2/227855171609 pada January 2, 2010 at 8:21am

Comments

Popular Posts