4D Theater, A Very Late Post
“Ayo nonton film, bi,” pinta Enji sambil menunjuk gedung
yang tepat di hadapan kami saat ini. Gedung ini berdampingan dengan arena Go
cart.
Abi memesan 4 tiket untuk nonton film 4D. Aku sebenarnya
bertanya-tanya dalam hati, apa bedanya bioskop 3 dimensi dan 4 dimensi ini. Per
tiket 15 ribu rupiah. Aku lupa judul filmnya. Yang pasti film anak-anak, film
kartun. Kalau tidak salah tentang
petualangan Billy, seekor burung. Setelah menerima tiket, segera kami menuju
gedung bioskopnya. Petugas penjaga pintu memberi kami kaca mata khusus untuk
menonton film jenis ini. Keseluruhannya berwarna hitam.
Saat memasuki gedung teaternya masih belum ada penonton.
Hanya kami berempat. Kami harus menunggu penonton lainnya. Ruangan ini lumayan
luas. Kami mengambil baris ketiga dari depan layar. Mencoba mengenakan kaca
matanya dan berfoto ria. Salman duduk di antara abi dan aku, sementara Enji
duduk di samping kiriku. Kami saling bergaya di depan kamera.
Tidak lama kemudian, datanglah serombongan penonton lainnya.
Setelah dirasa cukup maka para petugas pemberi kaca mata tadi menutup pintu.
Tandanya, film akan segera diputar. Kami segera melakukan persiapan. Duduk
senyaman mungkin sambil menikmati apa yang ditayangkan di layar.
Dalam layar ditampilkan pemandangan yang sangat indah
sebagai pembuka. Beragam pepohonan menghijau dan bunga-bunga. Kupu-kupu sedang
bekejar-kejaran. Nah, ini yang istimewa. Teknologi 4D memungkinkan kupu-kupu
tersebut tidak hanya terbang di dalam layar. Mereka seolah-olah terbang di
sekitar kita. Beberapa kupu-kupu melaju menuju para penonton sehingga kami
menangkupkan tangan untuk sekadar menangkapnya. Enji sampai berdiri untuk
menangkap kupu-kupu biru yang cantik. Ia tertawa-tawa ketika tahu bahwa yang
ditangkap hanyalah udara.
Bunga-bunga bermekaran. Berwarna-warni. Binatang-binatang
kecil melompat ke sana ke mari. Kupu-kupu masih bermain-main ringan. Kalau yang
kubaca, teknologi 4D mampu menghadirkan tidak saja gambar yang realistis, efek
hujan, awan, salju, tetapi juga efek scent
atau bebauan benda yang ditampilkan. Jika yang ditampilkan di layar gambar
bunga mawar, maka penonton akan mampu membau aroma mawar yang wangi. Tidak di
sini. Mungkin karena membayarnya tidak semahal di bioskop 4D aslinya sehingga
efeknya dikurangi. Hehehe...
Muncullah dua ekor burung sedang bercakap-cakap. Rupanya
sang induk sedang menjelaskan kepada anaknya kalau sebentar lagi musim
berganti. Tandanya mereka harus melakukan migrasi. Sang anak yang ternyata
bernama Billy mendengar dengar seksama mengapa mereka harus melakukan
perjalanan. Aku tidak mengenali burung jenis apa si Billy ini. Setelah
kubrowsing di internet, tampaknya ia sejenis burung jenjang.
Memang, banyak burung melakukan migrasi tiap tahunnya.
Mereka berkelompok berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Biasanya dari
Utara ke Selatan. Perjalanan migrasi ini bisa panjang dan lama. Bahkan
melintasi samudera. Karena itu migrasi menjadi perjalanan yang membahayakan.
Belum lagi ketika dihadang oleh badai dan hujan. Burung bermigrasi ini bisa
jadi karena pengaruh musim. Ketika musim gugur, misalnya, mereka harus pindah
karena jumlah makanan yang tersedia tidak mencukupi. Istimewanya, burung ini
akan kembali ke tempat asalnya jika musim sudah berganti.
Perjalanan Billy dan rombongan sampailah pada suatu malam. Malam
tersebut diseliputi mendung tebal. Hawa dingin segera menampar Billy. Serabut-serabut
awan bertebaran di sekeliling penonton
bersama hadirnya hawa dingin di ruangan ini.
Tiba-tiba turunlah hujan.
“Mik, hujan Mik... basah,” teriak Enji.
“Mama... mama...hujan..., ” teriak anak kecil yang duduk
tepat di belakangku.
Aku tersenyum sendiri ketika kurasakan ada semburan air yang
membasahi jilbabku. Lucu juga.
Singkat cerita, Billy sedikit nakal. Merasa dirinya sudah
besar, iIa mencoba memisahkan diri dari rombongan. Tiba-tiba ada seekor elang
yang terbang menukik ke arahnya. Suasananya begitu mencekam. Elang ini terbang meliuk-liuk
dengan cepatnya menuju...... penonton.
“Aaarrrrrh......, “ teriak para penonton.
“Awaaaaaas.....,” teriak penonton di belakangnya.
Setelah itu derai
tawa mengikutinya.
Ibu Billy yang tahu putranya dalam bahaya segera melakukan manuver balik. Ia
menolong Billy dan menyelamatkannya.
“Billy, lain kali jangan berpisah dengan rombongan, Nak.
Terlalu berbahaya, “ nasehat ibunya.
“Maafkanlah, Billy, ibu,” rajuk Billy.
Akhirnya keduanya bergabung kembali dengan rombongannya.
Sampailah mereka ke tempat yang dituju. Tempat yang indah seindah kecantikan
tropis. Bunga-bunga bermekaran kembali, burung-burung berterbangan, kupu-kupu,
semut-semut, ulat semua bergembira. Kegembiraan dilengkapi dengan bubble yang
diguyurkan di kursi penonton. Enji, Salman, berdiri melompat-lompat menangkap
bubble dengan riangnya.
Comments