Safir Jadi Imam

“Mi, apa kalau sudah tua kita mati?” tanya Safir menjelang tidur malam. Tak seperti biasa, ia ingin tidur bersamaku.
“Ya,” jawabku pendek.
“Kenapa mas Safir tanya hal itu?” tanyaku kemudian.
“Tadi di sekolahku ada orang mati, Mi. Apa kalau mati dikubur, Mi?Kenapa dikubur, Mi?”
Belum sempat aku menerangkannya, si Jabrik ini bertanya kembali, “Mi, kalau ada anjing laut, apa ada harimau laut? Monyet laut, kelinci laut?” Jadilah malam itu kubangun komunikasi dengannya, malaikat kecilku yang penuh rasa ingin tahu.


Tidak seperti kakaknya, anak nomor duaku itu sangat kinestetis. Dalam beberapa hal, ia cenderung destruktif.Tangan dan kakinya tidak pernah diam. Tidak jarang mereka makan korban. Setiap benda yang di dekatnya akan menderita. Mainan, contohnya. Tidak ada satu pun mainannya yang utuh. Selalu cacat. Baik itu mobil-mobilan (hilang roda, yang sering), robot (tangan, kaki, kepala sering terpisah dari badan), tembak (hilang bunyi, patah), puzzle apalagi. Adiknya yang makhluk hidup pun tidak jarang terkena imbasnya. Karena sekarang Maman sudah besar, maka ia akan melawan. Terjadilah pertempuran sengit dua pejantan tangguh.

Pernah aku sangat desperate karena ulah si Jabrik itu. Aku begitu menyerah seolah-olah Safir memang tak bisa dikendalikan. Sampai aku membaca artikel parenting tulisan ust. Ahmad. Kalau anak nakal, orang tua cenderung mengatakan anaknya memang nakal. Padahal tidak seharusnya seperti itu. Justru di anak itulah universitas kehidupan berlangsung. Ortu harus tertantang mempelajari anaknya, mengapa anaknya sampai seperti itu.

Dengan cara pandang seperti itu aku merasa lebih ringan. Aku jadi sering mengamati tingkah pola anakku, terutama si Jabrik itu.

Azan Maghrib mengantar kedatangan kami ke rumah. Seperti biasa kubentangkan tangan tuk memeluk malaikat-malaikat kecil itu. Momen yang sangat kurindukan ketika kerja.
“Mi, aku yang mimpin sholat Maghrib ya?” pinta Safir mengejutkanku. Biasanya, ia yang paling susah diajak sholat.
“Oke, pren!” kataku sambil mengacungkan dua jempol.
Ketika aku sudah siap maka Safir segera memulai sholatnya. Mengalir dengan lancar dari lisannya Surat Al fatehah, An-Nas di rakaat pertama, Al-Falaq di rakaat kedua dan Al Kautsar di rakaat ketiga.
Duh Gusti ....

Comments

Popular Posts