Sukses UNAS dengan Kekuatan Pikiran

“Apakah kalian yakin lulus UNAS?”
“BISMILLAH... SAYA YAKIN... NILAI 100...ALLAHU AKBAR!!!”

Dalam bukunya Manage Your Mind for Success (2006), Adi W. Gunawan dan Ariesandi menulis bahwa manusia adalah makhluk mental. Semua aspek dalam kehidupan kita ditentukan oleh dan dikendalikan oleh kualitas pikiran kita. Dengan kata lain, kalau kualitas pikiran kita baik, maka semua tindakan kita akan bermuatan positif dan akhirnya berbuah keberhasilan. Kesuksesan. Sebaliknya, jika pikiran kita dipenuhi oleh hal-hal negatif maka cara pandang kita terhadap masalah pun akan negatif. Dan pada akhirnya, tindakan-tindakan yang kita ambil negatif sehingga berbuah kegagalan.

Karena begitu dahsyatnya kekuatan pikiran terhadap tindakan seseorang, maka sudah saatnya kita tanamkan pikiran-pikiran positif, keyakinan-keyakinan akan keberhasilan kepada anak-anak kita. Khususnya anak-anak yang akan memasuki kawah candradimuka yang bernama UNAS pada 17-19 April (SMU) lalu dan 24-26 April (SMP) mendatang, Hal ini menjadi sangat penting karena sebagian besar siswa menganggap evaluasi yang diselenggarakan oleh Diknas ini lebih sulit dibanding dengan evaluasi yang diselenggarakan oleh guru atau sekolah masing-masing. Apalagi dengan tingkat ketidaklulusan yang cukup signifikan di tahun lalu. Meskipun BSNP kemudian merilis kriteria kelulusan yang bukan sekedar UNAS, tetap saja sekolah memasang kuda-kuda jauh hari sebelumnya.

Banyak sekolah telah menyiapkan siswanya dalam menghadapi UNAS dengan beragam cara. Mulai dari mengadakan tambahan pelajaran, bimbingan belajar, bermacam-macam Try-Out (sekolah, MKKS, KPI) sampai bekerja sama dengan Bimbel luar.

Kita sangat mengapresiasi positif upaya sekolah untuk mengkondisikan anak pada ujian tersebut. Namun, alangkah lebih baik jika upaya tersebut tidak berhenti di sini, di ranah what to think saja. Kita bisa mengembangkan ikhtiar kita pada ranah yang jarang disentuh dalam dunia pendidikan kita yakni how to think. Sebuah usaha yang mengajak anak-anak bagaimana berpikir positif dalam menghadapi fenomena apapun, sesulit apapun kondisinya.

Bagaimana caranya? Kutipan di atas adalah contoh yang dilakukan sebuah sekolah untuk menanamkan keyakinan akan keberhasilan pada anak didiknya. Setiap hari, di awal dan akhir pembelajaran guru selalu menanyakan kepada siswa ”Apakah kalian yakin lulus UNAS?” Kemudian dengan serentak anak-anak akan menjawab: “BISMILLAH, SAYA YAKIN, NILAI 100, ALLAHU AKBAR!!! Yang seperti ini jika dilakukan berulang-ulang akan terbawa ke dalam alam bawah sadar mereka, terprogram dalam pikiran mereka. Sehingga setiap aktifitas belajar yang mereka lakukan diliputi oleh atmosfir kesuksesan.

Pernah suatu hari penulis menanyakan kepada salah seorang siswa apa yang ia rasakan ketika meneriakkan kata-kata afirmasi positif di atas. Ia mengatakan bahwa ia merasakan suatu energi yang dahsyat meledak dalam dirinya. Energi itu mengalir dari dada dan menyebar ke semua bagian tubuhnya. Energi positif itulah yang memampukan dirinya untuk belajar karena belajar itu menyenangkan dan menjanjikan kesuksesan. Sekali lagi, kesuksesan!!!

Selain itu, kita bisa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan konsep diri yang positif. Ucapan kita sebagai orang tua, guru, harus mengandung afirmasi positif. Ketika anak kita masih saja tidak lulus pada try-out ke sekian misalnya, jangan kita katakan, “ memang kamu payah” karena hal itu akan menginjak harga diri mereka. Sebaliknya kita katakan, “masih ada kesempatan, jangan pernah menyerah! Yang kamu butuhkan hanyalah belajar lebih keras lagi, ...ibu/ayah akan membantu “ Ucapan ini akan terasa lebih menyejukkan, bukan?

Hal lain yang bisa kita coba adalah meminta siswa untuk menuliskan kata-kata pembangkit semangat dengan huruf besar pada selembar kertas besar dan menempelkannya pada mading kelas. Ini akan membuat atmosfir kelas terasa lebih hidup dan bersemangat. Biasanya anak-anak akan mengaplikasikannya juga di rumah. Kemudian, sekolah bisa memasang spanduk-spanduk bertuliskan slogan-slogan, kata-kata bijak pembangkit semangat dan memutar musik-musik pembangkit semangat.

Dengan demikian, anak-anak benar-benar dikondisikan selalu berpikir positif, bersemangat setiap saat, bahkan saat menghadapi ujian sekalipun. Dan yang terpenting mereka mampu mengendalikan pikirannya sebelum pikiran yang mengendalikan diri mereka. Sehingga, fenomena anak-anak yang tidak jujur dalam ujian tidak akan ditemukan. Kalau anak-anak saja mampu bertindak jujur, apalagi orang dewasa seperti kita. Malu rasanya jika kita menemukan berita kecurangan dalam UNAS justru diawaki oleh sekolah itu sendiri (karena takut akan banyak yang tidak lulus) termasuk guru di dalamnya.

Sebagai informasi, seorang penulis buku The Millionaire Mind, Thomas J. Stanley, Ph.D. melakukan penelitian tentang kesuksesan seseorang. Dari penelitian yang dilakukannya, ditemukan 100 faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan hidup seseorang. Lima faktor sukses yang pertama adalah bersikap jujur, mempunyai disiplin yang baik, pintar bergaul, mempunyai pasangan hidup yang mendukung, dan bekerja lebih keras daripada orang lain. Bisa kita bayangkan jika setiap pribadi bangsa kita mempunyai landasan kejujuran dalam hidup, tentu kita tidak menyandang predikat sebagai bangsa terkorup ke sekian di dunia.

Terakhir, sebagai manusia beragama, sekarang tinggal bagaimana kita mengimbangi upaya yang kita lakukan dengan doa. Bukankah semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin dekat pula pertolonganNya? Selamat menyongsong kesuksesan!

Comments

Popular Posts