Maka, nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?

Tiba-tiba saja aku harus menangis di depan cermin ini. Aktifitas yang biasanya hanya butuh waktu tak kurang dari 2-3 detik kini harus kulakukan dengan kerja keras, menguras keringat dan air mata tentunya. Aku tak bisa mengaitkan peniti di jilbabku. Kesepuluh jari tanganku serasa tebal dan rasanya seperti kesemutan. Begini rasanya kalau Allah mencabut salah satu nikmatnya. Subhanallah. Hari itu aku harus terlambat sampai 14 menit. Itupun atas saran suami, aku harus mengaitkan peniti di jilbabku sebelum mengenakannya. Mengapa tak kupikirkan sebelumnya?


Sudah hampir seminggu ternyata aku mengeluh kesemutan menetap. Mulanya aku merasa masuk angin, mual, pusing dan berkeringat dingin. Aku sudah pijat, kerokan, minum obat (hal yang paling aku tidak suka) namun masuk angin itu tak kunjung hilang. Terakhir semua jariku serasa tebal. Mau apa-apa jadi tidak enak. Mau makan pakai jari nggak bisa. Memasang kancing pada lobangnya juga kesulitan, memotong kuku pun aku tak mampu. Mengajar juga susah, baru menuliskan 11 nomor latihan grammar untuk anak-anak, sudah kaku semua. Mau sms nggak bisa, apalagi mengetik yang merupakan kebutuhan utamaku sebagai guru. Padahal pada saat itu aku punya hutang menulis untuk seorang teman. Duh Gusti, ampuni hamba jikalau tangan ini pernah hamba gunakan tidak semestinya...

Aku berpositif thinking saja, paling-paling kalau sudah beraktifitas penuh akan hilang dengan sendirinya. Sampai aku merasa tidak kuat dan menceritakan kepada seorang teman di tempat kerja. Kebetulan ia baru sembuh dari penyakit yang tidak pernah diduga sebelumnya. Ia berobat pada seorang kenalan yang berprofesi sebagai akupuntur. Segera saja ia merekomendasikannya.

Maka, sepulang kerja aku menuju ke tempatnya berpraktek bersama suami. Menurutnya peredaran darahku yang kurang lancar plus magh kambuh. Minum air putih hangat yang banyak, katanya. Ia membekaliku dengan kapsul yang dengan terpaksa aku konsumsi. Lalu, mulailah aku menggelontor tubuhku dengan air putih. Makan yang banyak, istirahat yang cukup.

Pada saat tulisan ini kubuat, jari manis dan kelingking di kedua tanganku sudah berfungsi normal. Tinggal ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah di masing-masing tanganku yang masih terasa tebal. Aku sudah mampu mengetik meski sedikit memaksa jari-jari tersebut. Aku harus bisa! Alhamdulillah. Aku juga sudah bisa mengancingkan lengan baju meski untuk mengaitkan peniti di jilbab masih terasa sukar.

Sungguh benarlah salah satu ayat dalam Al qur'an. Maka, nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?

Comments

Popular Posts