Pandang Bahagia dengan Cara Berbeda

Judul Buku: Bahagia Tanpa Menunggu Kaya, 5 Jurus Ampuh Meraih Kebahagiaan
Penulis: Awang Surya
Penerbit: Kanzun Books
Cetakan: I, Agustus 2008
Tebal: 204 halaman

Dalam masyarakat industri modern seperti saat ini, keberhasilan lebih dinilai dengan pencapaian materi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat membawa segala bentuk kemudahan bagi manusia. Secara ekonomi, masyarakat semakin kaya, segala sesuatu mudah didapat, urusan lancar dan teratur. Namun, apakah segala bentuk kemudahan tersebut membekaskan kebahagiaan kepada masyarakatnya? Belum tentu.


Herbert Marcuse dalam bukunya One Dimensional Man mengkritisi bahwa masyarakat industri modern adalah masyarakat yang tidak sehat. Mengapa? Karena segala segi kehidupannya diarahkan pada satu tujuan saja. Yakni keberlangsungan dan peningkatan sistem yang sudah ada yang tidak lain adalah kapitalisme.

Fakta memang menunjukkan adanya tingkat produktifitas tinggi membawa peningkatan taraf hidup bagi semakin banyak orang. Namun itu semua pada dasarnya hanya bagian luar saja dari sebuah keberhasilan karena menurut Marcuse, hal tersebut belum menyangkut hakekat kehidupan manusia seutuhnya. Masyarakat industri modern tetap merupakan masyarakat yang teralienasi karena mengasingkan manusia-manusia yang menjadi warganya dari kemanusiaannya.

Senada dengan fakta di atas, Erich Fromm dalam bukunya Masyarakat Yang Sehat menyajikan data bahwa negara-negara Eropa yang paling demokratis, kaya, serta Amerika Serikat sebagai negara terkaya di dunia justru menunjukkan simpton gangguan mental paling berat. Kemakmuran hidup di kelas menengah, meskipun kebutuhan material terpuaskan ternyata mewariskan rasa bosan yang mendalam sehingga bunuh diri dan alkoholisme merupakan cara-cara patologis untuk lari dari kebosanan tersebut.

Berdasarkan hal di atas bisa disimpulkan bahwa kekayaan tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Meski itu tidak berarti kita tidak boleh kaya. Tidak ada yang melarang orang untuk menjadi kaya. Dampak dari kekayaan itulah yang harus dicermati. Apakah ia akan membawa pemiliknya ke arah yang positif atau bahkan sebaliknya.
Sejalan dengan itu Awang Surya meluncurkan buku Bahagia Tanpa Menunggu Kaya, 5 Jurus Ampuh Meraih Kebahagiaan ini. Buku yang akan mengajak kita kembali menengok sisi kemanusiaan kita. Sebuah sisi yang mungkin saja terlupakan karena padatnya jam kerja, berjubelnya agenda, dan kompleksitas permasalahan yang harus kita selesaikan. Buku yang akan menunjukkan kepada kita bagaimana memandang hidup dengan cara berbeda. Buku yang akan mengajak kita mengapresiasi kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya.

Penulis yang juga seorang trainer ini mendekonstruksi pandangan kita tentang arti bahagia. Bahwa kebahagiaan tidak terletak pada seberapa banyak kekayaan kita. Kemudian, ia menunjukkan kita jalan menuju kebahagiaan itu sendiri. Ternyata tidak sesulit dan serumit yang kita bayangkan sebelumnya.

Ia menuliskan gagasannya dengan bahasa sederhana, lugas, dan populer sehingga memudahkan pembaca mencerna setiap mutiara kehidupan yang disharingkannya. Contoh-contoh yang menyertai setiap paparan begitu dekat dengan kehidupan kita karena memang berangkat dari kenyataan di lapangan. Beragamnya kisah-kisah penuh hikmah di dalamnya memperkaya asupan gizi bagi batin kita, jiwa kita yang gersang di tengah arus hedonis-materialis.

Banyak Cara Menuju Bahagia
Banyak jalan menuju Roma. Pun, banyak cara menuju bahagia. Setidaknya ada lima jurus ampuh yang ditawarkan kepada pembaca untuk dicoba. Dilengkapi dengan latihan-latihan di akhir setiap jurus memudahkan pembaca dalam mempraktekkannya. Kelima jurus tersebut adalah bersyukur, banyak memberi, cinta sesama, tersenyum dan senang memaafkan.

Dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmat kita. Maka, penulis yang juga Vice President sebuah perusahaan besar di Indonesia ini menambahkan kata aktif di belakang kata syukur. Artinya, bersyukur tidak hanya berhenti pada tataran ucapan melainkan diteruskan pada tindakan aktif. Contoh sederhana ketika kita diterima bekerja di tempat yang kita idam-idamkan maka syukur aktif kita adalah bekerja dengan sungguh-sungguh agar perusahaan tempat kita bekerja tersebut untung sehingga banyak membantu orang. (hal 63)

Jurus kedua, banyak memberi. Sekali lagi, tindakan aktif. Di sini, penulis memberi ilustri yang cukup menarik bahwa ketika kita memberi pada dasarnya kita telah membuka ruang untuk masuknya sesuatu yang baru. Namun ia juga mengingatkan agar kita memberi lalu lupakan. Hal ini bertujuan agar kita tidak menghitung-hitung kebaikan yang telah kita lakukan karena belum tentu apa-apa yang sudah kita lakukan itu diterimaNya. Allah tidak akan tidur dan lupa meski yang telah kita lakukan itu hal yang sangat kecil sekalipun.

Jurus selanjutnya adalah mencintai sesama, tersenyum, dan senang memaafkan. Ketiganya adalah jurus ampuh dalam menjalankan fungsi kita sebagai makhluk sosial. Bukankah kita akan bahagia jika mampu mencintai sesama?

Kalau kita jeli ternyata jurus-jurus tersebut merupakan muara dari kebesaran jiwa. Tidak perlu harta membeli kebahagiaan. Tidak perlu menunggu kaya untuk bahagia. Cukup buka hati dan lapang dada untuk mempraktekkan kelima jurus tersebut. Sesungguhnya kelima jurus di atas adalah perwujudan hablumminallah dan hablumminannas kita. Bagaimana kita memaknai syukur yang sesungguhnya. Bagaimana kita mengelola emosi kita ketika bersosialisasi dengan sesama agar setiap aktifitas yang kita lakukan memendarkan energi positif tidak saja kepada diri pribadi melainkan juga lingkungan di sekitar kita. Dengan kata lain, kelima jurus di atas adalah jalan ruhani menuju kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Selamat berburu kebahagiaan!

Comments

Popular Posts