Ba'da Salat Lail di Batu



Alhamdulillah. Entah alarm milik siapa yang meraung-raung. Aku terbangun. Kugesekkan jemari ke layar handphone untuk mencari tahu jam berapa sekarang. Ternyata pukul 02.46. Sebentar lagi pukul 3 dini hari. Pasti anak-anak akan dibangunkan untuk salat lail. Segera aku kumpulkan kekuatan menuju ke kamar mandi. Ternyata di kamar mandi penginapan ini sudah antri seorang ibu.  Ada lagi seorang ibu membawa tas kresek berisi pakaian menuju masjid. Penginapan walsan putri terletak tepat di samping masjid.

“Mari bu ke masjid, “ ajaknya.
Saya mengangguk sambil menyilakan, “Monggo, bun.”

Selesai di kamar mandi dan berwudhu kukenakan mukena, menuju masjid. Hawa dingin segera menampir wajahku. Ternyata masjid masih gelap. Ada beberapa santri yang berjaga. Segera kunaik ke lantai dua ada.  Di sana kutemukan ada 2-3 ibu yang sudah mengenakan mukena.  Aku lihat di lantai 1 masjid anak2 masih bisa dihitung dengan jari. Beberapa di antaranya duduk, bersandar di dinding masjid, menyelonjorkan kakinya. Beberapa lainnya telungkup. Masih mengantuk mungkin.

Segera kutunaikan rakaat demi rakaat. Tak terasa mataku terasa panas. Air mata segera menghujan deras. Aku bersimpuh di hadapanmu ya Allah. Hanya Engkaulah satu-satuya penjaga yang sempurna. Berikanlah kesehatan kepada anak-anak kami.  Terutama Salman.  Berikan kekuatan padanya. Berikan RidloMu ya Allah. Duhai Allah, kuatkanlah fisiknya,  kuatkanlah jiwanya, kuatkanlah hatinya.
Tak  henti-hentinya kumohon pertolongan Allah karena aku sadar hanya Allah lah sebaik-baik pelindung. Ketika tangan-tangan kami—para wali santri- tak lagi mampu merengkuhnya, maka hanya kepada Allah lah semua kami kembalikan.

Tepat pukul 3 dini hari sholat lail ditunaikan secara berjamaah.  Suara imam yang nyaring, penuh semangat diharapkan mampu membangkitkan ghirah para santri. Tiap rakaatnya membaca surat yang panjang. Tidak terasa 4 rakaat selesai ditunaikan. 3 rakaat witir menutup sholat lail.  Tepat saat itu azan subuh berkumandang.

Hatiku bergetar. Anakku, doakan kami. Umi abi ini bisa seperti kamu. Bantu kami dengan doamu, Nak. Salman, malaikat kecilku itu telah mengajariku banyak hal. Tentang menyiapkan masa depan. Tentang rindu. Tentang cinta.

Batu, Ahad1282018

Comments

Popular Posts